Demo Site

Jumat, 31 Januari 2014

Benarkah ada emas peninggalan Soekarno?

Suparman ditangkap polisi karena menggadaikan mobil rental di Surabaya. Dia kehabisan uang untuk modal memburu harta karun peninggalan Soekarno. Kasus seperti Suparman ini bukan pertama kali terjadi. Sejak dulu, ribuan orang mati-matian memburu harta karun peninggalan Soekarno.

Konon dana revolusi itu disimpan dalam bentuk-bentuk batangan emas bernilai triliunan rupiah. Sebagian lagi menyebut uang itu disimpan dalam rekening di bank Swiss. Benarkah Soekarno meninggalkan harta karun itu? Sekadar mitos atau fakta?

"Semua tentang dana revolusi ini tidak jelas. Tidak tahu berapa besarnya, apakah ini benar atau tidak. Semua ini cuma isu," ujar sejarawan Asvi Warman Adam kepada merdeka.com, Selasa (8/5).

Asvi ragu Soekarno benar-benar meninggalkan harta berpeti-peti emas. Dia menceritakan tahun 1960an, ada program pembangunan patung Antariksa yang sekarang dikenal sebagai patung Pancoran. Saat itu Edhi Sunarso yang memimpin proyek mengeluhkan kekurangan dana pada Soekarno. Saat itu pula Soekarno menyuruh Sunarso menjualkan mobilnya untuk biaya pengerjaan patung tersebut.

"Dengan contoh ini kita bisa mengambil kesimpulan, kalau Soekarno punya uang, kalau Soekarno punya uang buat apa dia menjual mobilnya segala. Cukup ambil saja dari emas itu," terang Asvi.

Asvi menjelaskan memang ada harta peninggalan Soekarno yang disimpan di Istana Merdeka. Harta itu sempat didata oleh Kolonel Maulwi Saelan yang saat itu menjabat wakil komandan Tjakra Birawa. Ada beberapa lukisan dan barang berharga milik Soekarno. Tidak jelas kemana barang-barang ini setelah Soekarno lengser.

"Dulu kan saat Soekarno meninggalkan Istana dia hanya membawa bendera pusaka, bahkan hanya bersendal dan berpakaian seadanya. Nah kemana harta Soekarno yang di Istana itu? Apakah dicuri atau dimana? Ini yang harusnya diusut," kata Asvi.

Asvi pun tidak yakin dengan orang-orang yang mengaku tahu soal harta karun Soekarno. Apalagi jika sampai menyerempet hal-hal gaib. Dia yakin hal itu tidak bisa dipertanggungjawabkan.

"Itu tidak pernah jelas," katanya.

0 komentar:

Posting Komentar